Jadi Wali Murid

Sabtu kemarin adalah hari yang menyenangkan buatku. Aku mendapatkan pengalaman baru yaitu menjadi wali murid yang diundang untuk menghadiri pagelaran seni di sekolah adikku yaitu di SMPN 2 Ambulu. Selain itu, agenda penting hari itu adalah penerimaan raport.

Okay, sebenarnya yang diundang bukan aku sih, tapi kedua orang tuaku. Sayangnya, bapak dan ibu sedang ada acara lain, sedangkan adikku memberikan undangannya hari Jum’at sore. Akhirnya, aku, seorang berlabel pengangguran intelek yang sedang berusaha untuk mencari pekerjaan ini mengajukan diri untuk menghadiri acara tersebut. “Daripada nganggur di rumah, bosen kan???”

Aku membuat janji dengan Ibu Rahayu untuk berangkat bareng. Beliau adalah ibu dari ananda Vito, teman akrab adikku yang rumahnya dekat dengan rumah kami.  Pukul tujuh kurang aku bergegas ke rumah Ibu Rahayu, sayangnya beliau masih dandan. Beliau minta maaf karena telat, tadi beliau masih harus mengurus dapur dan menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. It’s okay, perjuangan seorang ibu memang luar biasa. Di surat undangan tertulis bahwa acara dimulai pukul 07.00 WIB, wah itu memang terlalu pagi sih untuk menghadirkan wali murid. Untungnya aku dan ibu sudah menyelesaikan segala macam urusan rumah pagi-pagi tadi.

Setelah segala persiapan selesai, aku dan Ibu Rahayu segera berangkat dengan mengendarai motor. Sesampainya disana, wow ada pentas seni plus tenda merah di halaman depan sekolah. Daaan yang membuatku bersemangat adalah aku melihat dan mendengar suara seorang anak laki-laki di atas pentas melantunkan ayat-ayat Allah, Subhanallah… merdu sekali…

Setelah memarkirkan motor, kami segera menuju tempat duduk yang disediakan oleh panitia di dalam tenda. Karena aku begitu bersemangat, aku menggandeng tangan Ibu Rahayu untuk menuju ke kursi paling depan. Seni hadrah menyambut kedatangan kami, seni hadrah adalah seni musik Islami yang diiringi dengan alat-alat musik tradisional. Semua dimainkan oleh siswa-siswi SMPN 2 Ambulu.

hadrah

 

Setelah seni hadrah, ada seni tari daerah yang sejujurnya aku tidak begitu mengerti karena aku memang tidak suka menari. Jadi teringat pada saat SMP dulu, aku menjadi satu-satunya siswa yang mendapatkan perhatian khusus dari Ibu Titin (seorang guru tari di sekolahku) karena gerakanku-lah yang paling kaku diantara yang lain. Dan lagi, aku menjadi pusat perhatian karena memasukkan garakan silat ke dalam gerakan tarian ketika diberi tugas untuk menciptakan gerakan tari dalam sebuah lagu. Hmm itu adalah gerakan perpaduan budaya, itulah alibiku… Heheee

 

tari1

 

Next… penampilan dari siswi cantik dengan mengenakan kebaya biru. Ngapain dia? Story Telling about Lutung Kasarung… Sayangnya, hp ku nge-hang ketika dia tampil karena memori full, jadi aku tidak mengambil video ataupun fotonya. Penampilan siswi itu wow… Pronounationnya bagus, actingnya oke, intonasinya jelas, super deh… Pantes dia mendapatkan juara 2 dalam lomba story telling se-kabupaten Jember.

Setelah story telling, ininih yang ditunggu-tunggu… Penampilan warok atau ganongan… Warok atau ganongan memang menjadi magnet tersendiri bagi anak laki-laki di daerahku. Anak laki-laki yang super aktif, suka guling-guling, suka jungkir balik, lari-lari, hmm pokoknya membuat orang tuanya kuwalahan pasti menyukai seni ini. Yah, sebagai anak-laki-laki adikku juga sangat menyukainya, tapi sayang dia idak bergabung dengan seni ini dikarenakan latihannya malam dan rumah kita jauh. Perut para hadirin dibuat terkocak oleh tingkah konyol para ganongan cilik ini…

 

 

Yang tak kalah mempesonanya adalah penampilan dari Arwapada, ekstra kurikuler pramuka smp 2 ini sukses memikat mata para wali murid. SMPN 2 Ambulu memang terkenal dengan kegiatan pramukanya karena Arwapada telah berkali-kali menerima penghargaan baik tingkat kabupaten,provinsi, maupun nasional.

 

 

Saat mengobrol dengan para orang tua siswa lainnya, waaah mereka tampak begitu bangga dengan sekolah ini. Para guru dengan bersemangat menggali, melatih, serta mengembangkan bakat dan minat para siswa. Adikku, walaupun dia tidak aktif di eskul seni, tapi dia aktif di cabang olah raga, seperti pencak silat, sepak bola, dan juga badminton. Terimakasih, guru… Kami begitu bangga dengan padatnya kegiatan di sekolah ini. Terimakasih karena para guru telah mendidik adik saya dan juga anak-anak dari bapak dan ibu wali murid. Semoga jasa-jasa bapak dan ibu guru membuahkan hasil, kelak semoga anak-anak menjadi manusia yang utuh dan bermanfaat bagi keluarga, lingkungan, bangsa, dan agama.

Eh ada yang ketinggalan, lihat niiih lukisan dan karya tangan dari adik-adik yang dipajang dalam acara ini… Sebenarnya ada banyak, tapi baterai hp ku udah mau habis, jadi segini aja yaa…Bagus-bagus kaaan???

 

 

Dan ini adalah bazar yang dikelola oleh siwa-siswi, mereka menggandeng tukang bakso dan tukang dawet. Hmm sip deh,belajar berwira usaha…

img_20161217_103134_hdr1

 

Setelah acara pagelaran seni selesai, wali murid diarahkan menuju ruang kelas anak-anaknya. Adikku ada di kelas IX D. Saat memasuki kelas, aku langsung menuju ke meja paling belakang, yah meja paling belakang ujung kiri adalah bangku milik adikku. Aku cek mejanya, ada banyak tulisan Bonek-Viking-Kconk disana. Tidak salah lagi, ini adalah bangku adikku hahaaa.. Adikku adalah supporter setia Persebaya, jadi jangan heran ya jika kalian masuk rumahku, kalian akan melihat banyak gambar bonek dimana-mana.

Ibu wali kelas sudah berada di dalam kelas, duduk di bangkunya sembari membacakan pengumuman penting seperti hari libur sekolah, kegiatan les, try out, dan pesan-pesan agar orang tua senantiasa memperhatikan dan mengawasi kegiatan anak-anak selama liburan. Selain itu, wali kelas juga mengumumkan peringkat 10 besar, heh? masih adakah kasta itu? Yang jelas adikku tidak masuk dalam kasta tinggi itu, yaaah sama seperti aku ketika smp hahaaa. Di ujung pertemuan itu, ibu wali kelas membagikan raport dengan memanggil nama-nama siswanya, kemudian wali murid maju untuk mengambil raport anak-anaknya. Nomor absen adikku adalah 22, sama seperti NIMku ternyata hahaaa #gakpenting… Tunggu saja, apa yang akan dikatakan oleh ibu guru itu tentang adikku…

Ketika nama “Muhammad Fahrur Rozi” dipanggil, sambil tersenyum aku maju ke depan. Ibu wali kelas heran melihatku, lalu bertanya, “Ibunya Fahrur???”

Sambil tersenyum aku menjawab, “Bukan, saya kakaknya. Bagaimana Bu, adik saya di sekolah?”

Ibu guru menyodorkan raport adikku, aku hanya melihatnya sekilas. Adikku memang bukanlah anak yang rajin belajar dan dia tidak suka hafalan, jadi aku tidak kaget melihat nilainya yang hanya berpaut beberapa angka di atas KKM. Adikku tidak suka pelajaran eksak, tapi adikku sangat kreatif. Aku tidak ingin menanyakan nilai-nilai itu, aku tidak terlalu memedulikannya, begitupun dengan bapak dan ibuku. Aku tetap mempertahankan senymku pada ibu guru wali kelas IX D, beliau memegang kepalanya lalu menggeleng beberapa kali. Gelengan kepala itu membuat wali murid lain tertawa. Aku hanya tersenyum, ibu guru berkata, “Hmm Fahrur nuakal mbak… Jika diberi tahu dia selalu menjawab” (read : nuakal = nakal sekali)

Hmm sudah kuduga…

Aku berbincang dengan ibu guru wali kelas sebentar, membicarakan tentang kenakalan adikku.

Sebut saja adikku nakal, tapi walaupun begitu dia sangat perhatian. Kenakalan adikku adalah kenakalan memberontak, selama orang memaksakan kehendak kepadanya, dia akan langsung marah. Namun, selagi dia diberi tahu baik-baik, dia akan mengerti (dengan catatan : tidak mengomelinya panjang lebar. Dia sangat membenci omelan, siapapun itu pasti dia kan melabelinya ‘cerewet’). Aku yakin lambat laun adikku akan mengerti dan dapat mengendalikan emosinya. Love you, tole…

Senyum di Mentari

Ini adalah sebuah kisah dimana aku menemukan sebuah keceriaan, yang membuatku menemukan apa yang ingin aku lakukan…

“Senyum”

Senyum yang membuatku kembali bersemangat, memulai sebuah babak baru tanpa harus meninggalkan kehidupan yang membosankan…

Berawal dari sebuah pertemuan di depan gerbang ganesha, kita yang tak saling kenal melontarkan senyum satu sama lain…

Berkenalan…

Hingga bercanda….

Entah darimanakah kita menemukan kecocokan itu???

Ketika diri ini merasa lelah, aku melihat kalian tersenyum kepadaku. Membuatku tergoda akan senyuman polos itu. Selangkah demi selangkah aku mendekati kalian, hingga aku tak punya pilihan lain -kalian telah menjadi bagian dari hidupku…-

Semua terasa menyenangkan…

Dengan semangatnya kalian menungguku, memberikan senyuman polos itu ketika melihatku, menyodoriku sebuah buku untuk belajar… Ya, semangat dan senyuman itulah yang membuatku luluh…

Mungkin hal ini juga dirasakan oleh para pengajar lainnya, setiap hari Minggu terasa ada yang kurang ketika tidak melihat kalian. Rindu ketika kalian memanggil “Kakak…”, rindu ketika kalian minta jajan padahal belum selesai belajar, rindu ketika kalian mengajariku bahasa sunda, dan rindu ketika kalian bercerita tentang apapun yang kalian alami…

Pesan Ibu Dewi “Kak Umi, jangan buang mentari yaa…”

Bagaimana bisa aku membuang sesuatu yang membuatku merasa hidup dan memberikan warna dalam hidupku. Pertemuan dengan mentari bagiku adalah sebuah pemberian yang luar biasa dari Allah SWT hingga aku menyadari tentang sesuatu yang ada di dalam diri ini.

“Yaaah aku ditinggal lagi” kata Kak Santi sambil menangis.

Memang begitulah kenyataannya, satu persatu dari kita memang akan pergi dan pasti akan ada yang datang sebagai pengganti. Beberapa pekan terakhir tinggal kita berdua yang tersisa dari sebelumnya, kini aku yang meninggalkan Kak Santi.

Seperti permintaan mereka, aku akan berusaha datang ke Mentari dan muncul dari balik rak buku untuk melihat kembali perkembangan senyum polos mereka. -Aku tidak janji, tapi akan berusaha memenuhi permintaan itu-

 

*Semangat terus Mentari, teruslah bersinar dimanapun kalian berada…

Hari Bahagia

*Baru Update -ditulis pada tanggal : 24 Oktober 2016

 

Alhamdulillah…

Akhirnya aku berhasil lulus…

Perjuangan untuk mendapatkan sebuah kata lulus memang tak mudah, tapi aku sangat bersyukur karena dengan melewati jalan berliku membuat hasil ini menjadi manis.

Hal yang paling membuatku merasa bahagia adalah melihat bapak, ibu, dan adik akhirnya datang ke Bandung. Beberapa kali aku berpikiran bahwa aku akan menjalani wisuda tanpa mereka. Tahap akhir memang penuh cobaan. Pada saat teman-teman merasa frustasi dengan Tugas Akhir-nya, aku merasa Tugas Akhirku tidak begitu membuatku stress, malah bisa dibilang I was really enjoy to do that. Namun, bukan berarti perjalanan tahap akhirku di kampus ini terbilang lancar. Cobaan itu malah datang dari keluarga. Bagaimana aku bisa fokus pada tugas akhir dan tugas dari mata kuliah lain jika saat itu kedua orang tuaku sedang mengalami keretakan rumah tangga. Untuk beberapa waktu aku tidak menyentuh TA sama sekali, hingga rencanaku untuk wisuda bulan Juli tidak terealisasikan. Saat itu aku kehilangan semangat karena aku tidak ingin di hari wisudaku keluargaku tidak hadir secara utuh. Pada akhir pertengahan bulan Juli (mendekati Idul Fitri), permasalahan kedua orang tuaku akhirnya berujung damai. Aku bisa kembali fokus mengerjakan TA dan mendapatkan jadwal seminar pada akhir bulan Agustus dan jadwal sidang pada pertengahan September.

Yah, tampaknya saat itu Tuhan melihat jalanku kurang berbatu hingga seminarku berjalan dengan sangat lancar, bahkan saat menuju sidang aku hampir tidak menemukan kendala yang begitu berarti. Sehari sebelum sidang, setelah menyiapkan segala perlengkapan sidang pada sore hari, aku mendapatkan kabar bahwa ibu jatuh sakit. Saat itu belum diketahui ibu sakit apa, tetapi kondisinya membuat beliau tidak bisa melakukan aktifitas. Pikiranku langsung terpecah dan semangat utuk menjalani sidang esok hari perlahan memudar. Walau aku berusaha untuk melakukan yang terbaik sebagai hadiah buat ibu supaya ibu senang dan membuat kondisinya membaik, tetap saja aku merasa kehilangan beberapa poin pada saat presentasi sidang. Yah, aku memang kecewa dengan performaku saat itu, tapi aku senang karena berita bahwa aku telah selesai sidang dan dinyatakan lulus membuat ibuku bersemangat untuk sembuh. Namun, dari hari ke hari kondisi ibu semakin memburuk. Aku sangat takut bahwa ibu tidak bisa datang di hari wisudaku.

Tapi lihatlah, ibuku akhirnya datang ke Bandung dengan semangat yang berapi-api. Beliau bahkan ikut arak-arakan dan tersenyum sepanjang hari. Bukan hanya aku saja yang heran, tapi bapak dan adikku juga merasa heran dengan kondisi ibu.

Ibuku memang superwoman